My Blog - Melancong ke Bali tidak cukup hanya melihat keindahan pantai dan
keseniannya. Di sana ada pula museum-museum yang patut dikunjungi.
Setidaknya terdapat 30 museum tersebar di seluruh Pulau Dewata ini, sebagian besar di Denpasar, Sanur, Ubud, dan Klungkung. Selain museum, masih terkait nilai kesejarahan beberapa situs menjadi daya tarik untuk dikunjungi pula.
Mari kita mulai jalan-jalan ke Denpasar.
Di ibukota Provinsi Bali ini ada beberapa museum yang 'wajib'
dikunjungi yakni Museum Bali dan Museum Braja Sandhi.
Museum
Bali berlokasi di JL. Mayor Wisnu Denpasar, tepat di depan alun-alun
Puputan tidak jauh dari Kantor Gubernur Bali. Di kompleks itu selain
menyimpan koleksi benda-benda purbakala, ada pula koleksi rumah adat
dari seluruh kerajaan di Bali, yang mirip pura dengan atap ijuk. Di era
modern, rumah-rumah adat ini sudah ditinggalkan karena biaya pembuatan
dan perawatannya cukup mahal.
Lokasi Museum
Bali berada di pusat pemerintahan dan masyarakat meyakini Kantor
Gubernur Bali ini bekas kerajaan Badung, salah satu kerajaan besar di
Bali. ''Keyakinan itu berdasarkan temuan tempat pemujaan di lokasi
tersebut,'' kata Anak Agung Gede Agung dari Pokja Perlindungan Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali.
Sayang
tidak ada yang tersisa dari kemegahan kerajaan Badung itu. Ada
kemungkinan hancurnya kerajaan Badung itu akibat perang Puputan. Hanya
tempat pemujaan saja yang masih bisa dilestarikan. Masih di sekitar
kompleks pusat pemerintahan Bali Anda bisa bergeser ke Museum Braja
Sandhi.
Dari pintu gerbang terlihat sebuah
bangunan tinggi dari batu mirip candi. Ternyata itulah museum Braja
Sandhi atau Museum Perjuangan Rakyat Bali, yang berlokasi di JL. Puputan, Niti
Mandalan Renon. Di museum inilah kunci jawaban sejarah Bali mulai
sebelum 3000 Masehi sampai sekarang.
Bangunan
museum ini cukup unik. Ada kolam air, dan tangga menuju ke lantai
teratas. Dari sana Anda bisa melihat pemandangan kota Denpasar. Namun
bagi perempuan yang sedang haid dilarang naik dengan alasan tempat
tertinggi merupakan tempat suci.
Dari Denpasar
Anda bisa menuju ke museum lain di Sanur. Jarak antara Denpasar-Sanur
hanya 30 menit dengan kendaraan mobil. Bila Anda mencapai Pantai Sanur,
sebelum asyik berselancar di pantai, mampirlah dulu ke Museum Le Mayeur
yang letaknya di JL. Hang Tuah, persis di tepi pantai, berdekatan dengan para penjual
kerajinan.
Dulunya museum ini merupakan rumah
pribadi pelukis Andrienn Jean Le Mayeur De Merpres asal Ixxelles
Brussel. Le Mayeur mulai menetap di Bali pada 1932. Menikah dengan
penari Legong Ni Nyoman Pollok tanpa dikarunia anak.
Museum
ini menyimpan 87 koleksi lukisan yang dibuat Le Mayeur, di atas kanvas
yang terbuat dari karung goni. Rumah tersebut masih asli berikut
perabotan pribadi pasangan Mayeur dan Pollok. Ada yang unik dari museum
yang menjadi langganan tamu-tamu besar terutama para kepala negara dari
berbagai negara.
Di dalam rumah Le Mayeur
semua bernuansa merah. Ada seperangkat meja kursi kayu warna merah
dengan ukiran Bali klasik, ruang tidur, ruang tamu, dan lukisan-lukisan
tua dengan nuansa merah pula. Le Mayeur meninggal pada 1958, sedangkan
Nyoman Pollok meninggal pada 1985. Rumah pribadi mereka diserahkan
kepada Pemda Bali untuk dijadikan museum Le Mayeur.
Ubud
Ubud,
merupakan nama desa yang cukup populer di Bali karena sebagai pusat
seniman. Di sinilah seniman lukis Bali dari sang maestro Lempad sampai
generasi terkini, berkumpul dan berkarya.
Di
Ubud ada beberapa museum di antaranya Museum Rudana. Inilah museum yang
memiliki konsep human being atau manusia seutuhnya. Pemiliknya Nyoman
Rudana dan berlokasi di Jl Cok Rai Pudak Peliatan, Ubud.
Museum
ini berisikan koleksi patung dan lukisan dari para maestro seni dunia.
Sebagaimana konsep yang diusung adalah manusia seutuhnya, museum ini
dipadukan dengan hamparan sawah menghijau.
Setiap
Agustus para pengunjung museum disertakan untuk mengikuti tanam padi di
belakang museum. Oleh sebab itu Rudana tetap mempertahankan sawah,
bebek, burung-burung liar.
Sekitar 30 menit
dari Museum Rudana, ada Museum Neka yang khusus menampilkan koleksi
lukisan seniman Ubud dan keris. Namun masyarakat luas lebih mengenal
Museum Neka ini sebagai museum keris. Pemiliknya Wayan Suteja Neka
merupakan keturunan pembuat keris ternama di Bali, Pande Pan Nedeng yang
hidup di masa kekuasaan Raja Peliatan Ubud, Ida Dewa Agung Djelantik
(1823-1845). Koleksinya ada 217 keris, 18 di antaranya bertuah dan milik
raja-raja Bali.
Ada beberapa keris yang
dianggap bertuah dan memiliki nilai sejarah tinggi yakni Ki Baju Rante
dari kerajaan Karangasem, Ki Gabak Petya dari Buleleng, Tantri dari
kerajaan Gelge, Ki Tadah Langkung dari kerajaan Penjeng, dan lainnya.
Museum
yang berlokasi di Jl Raya Sanggingan Ubud ini selalu mengadakan upacara
bersih keris setiap enam bulan sekali. Ritual bersih keris ini juga
bagian dari paket wisata. Bertetangga dengan Museum Neka, ada Museum
Arma. Melihat sekilas museum
Arma tampak seperti bukan
museum. Halamannya luas dan terdapat resort. Di sana Anda bisa bertemu
turis-turis asing sedang belajar tari Pendet, mengayam, les memasak,
melukis dan sebagainya.
Arma merupakan
singkatan dari Agung Rai Museum of Art. Koleksinya merupakan manifestasi
sang pemilik Agung Rai. Museum yang berlokasi di Jalan Raya Pengosekan
Ubud ini mengoleksi lukisan-lukisan kuno karya seniman Bali dari Abad-13
sampai sekarang yang dituangkan di atas kulit kayu. Di museum ini juga
tersimpan satu-satunya karya seniman Jawa abad 19 Raden Syarif Bustaman
dan pelukis Jerman Walter Spies.
Sumber (mediaindonesia.com) dengan perubahan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini